Rabu, 16 Maret 2016

Ngumpulke Balung Pisah

Judul di atas merupakan kata-kata bahasa Jawa yang berarti ‘mengumpulkan tulang-tulang yang terpisah’. Menyatukan kembali keluarga, teman atau pun kelompok tertentu yang sudah terpisahkan baik oleh waktu, jarak maupun kondisi yang berbeda.


Ngumpulke balung pisah memang perlu. Bila tak ada yang berupaya menyatukan kembali tentu saja hubungan relasi di masa lalu bisa saja hilang tak berbekas. Longgar dan kemudian lenyap. Padahal ada banyak kenangan manis kebersamaan. Sayang bila lalu menguap begitu saja.


Dan hari ini saya terharu. Saya bertemu dengan seorang tua berumur kira-kira sama dengan usia orang tua saya. Rambutnya sudah menguban. Dia dengan semangat ingin bertemu dengan saya. Kami sudah berkontak melalui e-mail dan telepon. Dia rupanya berupaya mengumpulkan alumni-alumni dari SMU (dulu SMA) di mana kami dulu menimba ilmu.


Berceritalah beliau panjang lebar. Yang saya tangkap dari percakapan dengannya adalah keinginannya untuk menguatkan hubungan antar alumni di mana pun kami berada. Dalam konteks ini tentulah di Negeri Merlion.


Tersadar saya bahwa beliau yang sudah sepuh (baca: sangat berumur) tetap peduli dengan hubungan alumni. Bahkan, beliau juga masih berkumpul dengan teman-teman dari bangku SD-nya. Hebat, bukan? Sedangkan saya yang masih muda cuek bebek (tak peduli) memperkuat relasi.


Ya, hari ini saya belajar sesuatu. Bahwasannya, mencari dan merawat relasi itu tak mudah. Perlu usaha yang tentu akan berbuah baik di masa sekarang maupun di masa depan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar